Mencapai Titik Usaha
Pada tahun 2005 lalu ada seorang siswi kelas tiga sekolah menengah pertama bernama Azea. Ia mempunyai cita-cita yang sangat besar, yaitu ingin menjadi seorang dokter. Tetapi, ia merasa tidak yakin bisa menggapai cita-citanya tersebut. Hal itu membuatnya sering melamun.
Pada waktu istirahat tiba, Hani melihat Azea sedang duduk melamun. Lalu ia mendekati Azea dari belakang sengaja memberikan kejutan.
“Dor!”, Azea terkejut, kemudian temannya itu berkata, “Kenapa kamu melamun?”
Tanpa ragu Azea pun menceritakan kesedihannya kepada Hani. “Aku sangat sedih, Hani.”, kata Azea.
“Sedih kenapa? Sini cerita.”, kata Hani sambil merangkul Azea.
“Aku tidak yakin bisa kuliah dan mengambil jurusan kedokteran.”, kata Azea.
“Kenapa? Apa yang membuat kamu ragu?”, tanya Hani.
“Kuliah kedokteran pasti mahal. Aku bukan anak sultan. Aku tidak mau memberatkan kedua orang tuaku.“, jawab Hani dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
“Tenang, ikut beasiswa saja. Beasiswa bisa membantu biaya kuliah kamu. Kamu bisa kuliah dengan tenang tanpa memikirkan biaya, bahkan bisa dapat uang saku juga.”, Hani memberikan saran.
“Hmmm… Tapi, apakah aku bisa mendapatkan beasiswa?”, kata Hani masih ragu.
“Kamu bisa kok! Pasti bisa!”, ujar Hani meyakinkan Azea. “Asalkan kamu belajar ya, Ze… Semangat!”, lanjut Hani.
Setelah bercerita kepada Hani, perasaannya menjadi lebih tenang. Azea kembali bersemangat. Dengan mantap ia mengatakan, “Oke, aku akan berusaha.”
Mereka pun kembali ke kelasnya masing-masing. Azea berjanji kepada dirinya, ia akan lebih giat belajar dan berusaha agar dapat kuliah di universitas impiannya dan masuk jurusan kedokteran dengan beasiswa.
***
Dua puluh tahun kemudian di sebuah rumah sakit besar di Bogor, Ella seorang anak kecil berusia tujuh tahun bersama ibunya menjenguk salah satu kerabat yang sedang sakit dan dirawat disana. Tetapi, karena peraturan rumah sakit yang melarang anak kecil masuk ke ruangan pasien membuat Ella hanya bisa menunggu di ruang tunggu. Ella pun memperhatikan sekeliling rumah sakit yang pada saat itu cukup ramai.
Tidak jauh dari ruang tunggu terdapat satu ruangan dengan pintu setengah terbuka. Di dalamnya terlihat seorang dokter yang sedang memeriksa seorang pasien anak kecil dengan cekatan dan penuh kehati-hatian. Dalam hati Ella berkata, “Apakah aku bisa menjadi dokter seperti itu?".
Ketika ada kesempatan, Ella mencoba menghampiri dokter tersebut dan mulai menyapa, “Halo dokter…”.
“Halo juga anak cantik. Nama kamu siapa?”, kata dokter.
"Namaku Ella.", jawab Ella.
"Apa kabar Ella? Sama siapa kamu di sini?", tanya dokter dengan ramah.
"Baik, dok. Aku disini bersama ibuku. Kami sedang menjenguk paman yang sedang sakit dan dirawat di sini.", kata Ella.
Tanpa ragu Ella langsung bertanya, “Bagaimana cara menjadi dokter yang hebat, baik dan cantik sepertimu?”.
"Resepnya, kamu harus rajin belajar dan tidak lupa berdo’a kepada Tuhan.”, jawab dokter.
“Oh, begitu. Baiklah, aku akan rajin belajar dan berdo’a kepada Tuhan agar suatu hari nanti aku bisa menjadi dokter sepertimu.”, kata Ella.
“Iya… Semangat ya!”, kata dokter.
Dialah dokter Azea. Setelah bertemu dokter Azea, semangat Ella semakin membara. Hari-harinya ia jalani dengan kesungguhan dalam menuntut ilmu dan berdo’a. Ia percaya bahwa kesuksesan itu tidak terlepas dari usaha, do’a, dan pantang menyerah.
____
Penulis : Moryn Sri Dewi & Felicia C. G. dari kelas VII-D SMPN 2 Gunungsindur
Editor : Ainun Umami
cerita nya baguss dan seru, sangat berguna untuk memberikan motivasi belajar
BalasHapusTerima kasih :)
Hapus